Lagi iseng jalan-jalan di Kaskus eh ketemu Hot Thread yang judulnya menggelitik hati untuk dibahas. "Dilema skripsi, dihapus atau tidak?" itu judul threadnya, di buat oleh agan charlies208590.
Waktu gue baca, thread itu berisi kumpulan berita tentang permasalahan mengenai skripsi yang diambil dari berbagai sumber. Selain itu ada juga polling yang dibuat oleh TS yang isinya setuju atau tidak setuju mengenai penghapusan skripsi ini. Kalau gue liat isi dari thread ini lengkap, mulai dari pengertian dari skripsi bahkan sampai adanya poling, dan gak lupa dengan cantuman komentar dari para user lain yang bermutu juga ditambahakan di bagian akhir.
Gue sebagai ABK alias "anak baru kuliah", iya, gue sekarang baru kuliah semester 2. Sebenernya gue masih belom mikirin sama sekali soal skripsi-skripsian, tapi berhubung ini menyangkut masa depan gue juga akhirnya gue mulai mikirin soal skripsi-skripsian.
Kalau denger cerita soal skripsi dari kakak-kakak dan abang-abang yang udah lebih berpengalaman dari gue, kesimpulan yang bisa gue ambil dari cerita mereka adalah bahwa
masa-masa "penciptaan" skripsi adalah masa-masa yang berat dan banyak menguras tenaga, emosi, dan mungkin juga dompet. Beratnya masa itu dimulai dari pengajuan judul dan yang paling ditakutkan adalah kata "revisi", kalau cerita dari kakak-kakak dan abang-abang itu disamain kaya genre film mungkin masuknya ke horror kali ya? atau ada pendapat lain?. Berhubung dengan postingan yang gue baca soal pro kontra dihapuskan atau tidaknya sistem sikripsi ini, gue akhirnya mikir kalau misalnya ini keuntungan buat gue nanti, kenapa? jelas gue akan diuntungkan dengan tidak berlelah-lelah dalam hal membuat skripsi yang horror itu, tapi kalau misalnya skripsi itu adalah bagian dari persyaratan kelulusan seorang mahasiswa berarti nanti gue lulusnya diliat dari faktor apa? nah loh, disini gue bingung.
Dulu sebelum tahun 2000 sistem kelulusan dikenal dengan ujian dikenal dengan nama EBTANAS, trus berubah ke UASBN, hasbis itu ke UN. Liat polanya? memang yang lama
bisa diakatakan dihapus, tapi bukan dihapus secara penuh, melainkan diganti ke sistem yang baru dengan nama yang baru pula. Mendengar desas-desus tentang dihilangkannya skripsi dari syarat kelulusan seorang mahasiswa berarti akan ada sistem baru yang menggantikannya apabila hal itu benar-benar terjadi. Berarti cuma ada dua kemungkinan kalau misalnya jadi dihapus si skripsi ini, labih baik atau lebih buruk.
Kalau ditanya pendapat gue, gue sendiri masih bingung antara setuju atau enggak, di satu sisi hati gue bergembira ria, tapi disisi lain hati gue yang biasa menerima
tantangan merasa ada yang kurang. Gue adalah orang yang akan menghadapi apa yang memang harus dihadapi, dulu waktu temen gue pengen UN dihapuskan, gue cuma menyerahkan semuanya sama pemerintah dan tetap belajar, dihapuskan atau tidak itu urusan mereka, kalau dihapus ya syukur kalau enggak toh gue udah belajar, iya kan? nah begitu juga dengan masalah skripsi ini, dihapus ataupun enggak, tetap gue bakal bersiap-siap untuk hal semacam ini.
Jadi gimana menurut kalian? dihapus atau tidak sih gue harap pemerintah punya cara untuk membuat kualitas pendidikan jadi lebih baik, iya kan?
Kalau denger cerita soal skripsi dari kakak-kakak dan abang-abang yang udah lebih berpengalaman dari gue, kesimpulan yang bisa gue ambil dari cerita mereka adalah bahwa
masa-masa "penciptaan" skripsi adalah masa-masa yang berat dan banyak menguras tenaga, emosi, dan mungkin juga dompet. Beratnya masa itu dimulai dari pengajuan judul dan yang paling ditakutkan adalah kata "revisi", kalau cerita dari kakak-kakak dan abang-abang itu disamain kaya genre film mungkin masuknya ke horror kali ya? atau ada pendapat lain?. Berhubung dengan postingan yang gue baca soal pro kontra dihapuskan atau tidaknya sistem sikripsi ini, gue akhirnya mikir kalau misalnya ini keuntungan buat gue nanti, kenapa? jelas gue akan diuntungkan dengan tidak berlelah-lelah dalam hal membuat skripsi yang horror itu, tapi kalau misalnya skripsi itu adalah bagian dari persyaratan kelulusan seorang mahasiswa berarti nanti gue lulusnya diliat dari faktor apa? nah loh, disini gue bingung.
Dulu sebelum tahun 2000 sistem kelulusan dikenal dengan ujian dikenal dengan nama EBTANAS, trus berubah ke UASBN, hasbis itu ke UN. Liat polanya? memang yang lama
bisa diakatakan dihapus, tapi bukan dihapus secara penuh, melainkan diganti ke sistem yang baru dengan nama yang baru pula. Mendengar desas-desus tentang dihilangkannya skripsi dari syarat kelulusan seorang mahasiswa berarti akan ada sistem baru yang menggantikannya apabila hal itu benar-benar terjadi. Berarti cuma ada dua kemungkinan kalau misalnya jadi dihapus si skripsi ini, labih baik atau lebih buruk.
Kalau ditanya pendapat gue, gue sendiri masih bingung antara setuju atau enggak, di satu sisi hati gue bergembira ria, tapi disisi lain hati gue yang biasa menerima
tantangan merasa ada yang kurang. Gue adalah orang yang akan menghadapi apa yang memang harus dihadapi, dulu waktu temen gue pengen UN dihapuskan, gue cuma menyerahkan semuanya sama pemerintah dan tetap belajar, dihapuskan atau tidak itu urusan mereka, kalau dihapus ya syukur kalau enggak toh gue udah belajar, iya kan? nah begitu juga dengan masalah skripsi ini, dihapus ataupun enggak, tetap gue bakal bersiap-siap untuk hal semacam ini.
Jadi gimana menurut kalian? dihapus atau tidak sih gue harap pemerintah punya cara untuk membuat kualitas pendidikan jadi lebih baik, iya kan?
0 komentar:
Posting Komentar