Selasa, 05 Januari 2016

Studi Kasus ISD

1. Studi Kasus Ilmu pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan



Tika Bisono: Anak-anak Indonesia Harus Tahu Perkembangan TI

    JAKARTA, SELASA - Selama beberapa tahun terakhir ini perkembangan teknologi informasi (TI) semakin maju sejalan dengan kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Pengenalan terhadap perangkat teknologi pun seharusnya sudah dilakukan sejak dini agar tidak "gaptek" atau gagap teknologi di era globalisasi yang semakin berkembang apalagi di Indonesia.
"Anak-anak Indonesia seharusnya sudah dikenalkan pada teknologi itu sejak pre-school. Sekitar usia empat tahun." ujar Tika Bisono, dalam acara Memanfaatkan Perangkat Tehnologi untuk Pengembangan Kreativitas Anak, di Kidzania, Jakarta, Selasa (19/2).
    Menurut Tika Bisono, penggunaan teknologi informasi yang semakin canggih pada anak-anak,  seharusnya mendapat pendampingan dari orang tua. "Orangtua dapat mengarahkan anak-anak dalam penggunaan perangkat-perangkat teknologi tersebut, sehingga penggunaannya tidak melewati batas-batasnya. Tapi orangtuanya harus belajar dulu. Ya perlu semacam edukasi teknologi untuk orangtua," ujar Tika.
Menurut hasil penelitian lembaga riset pasar ritel dan konsumen global, NPD Group yang berkedudukan di New York, Amerika Serikat, pada pertengahan 2007, anak-anak usia empat sampai lima tahun yang berada di Amerika Serikat, paling sering menggunakan perangkat teknologi komputer.
    Walaupun penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat namun hasilnya bisa menjadi sebuah rujukan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan meningkatnya fenomena anak-anak yang akrab dengan dunia TI.
    Tika mengungkapkan saat ini anak-anak kelas menengah keatas di Indonesia memiliki kemampuan yang tinggi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), karena memiliki akses yang memadai. "Ini seharusnya menjadi sorotan pemerintah. Bagaimana anak-anak menengah ke bawah pun bisa memiliki akses untuk tahu tentang kemajuan teknologi," tambah Tika. (M1-08)


Pembahasan :

    Dalam kasus yang tertera diatas terlihat bahwa masalah utama yang dihadapi adalah adanya kegagapan dalam menggunakan hal-hal yang berhubungan dengan teknologi. Zaman yang terus berkembang menuntut manusia untuk terus beradaptasi menikuti perkembangannya. Apabila seorang individu tidak dapat beradaptasi dengan teknologi baru maka tentu dia tidak akan bisa berkembang, hal ini baru dibayangkan terjadi pada satu individu, bagaimana jika jumlah mereka yang tidak bisa beradaptasi dengan teknologi baru jumlahnya mencapai lebih dari setengah populasi penduduk pada suatu negara? hal ini tentu akan membawa masalah yang sangat serius.
    Suatu negara yang tidak mampu menerapkan penggunaan teknologi pada masyarakatnya tentu akan mengalami kemunduran. Ketika negara lain sudah menggunakan teknologi baru yang mampu memperbanyak hasil produksi dan mempersingkat waktu produksinya dalam proses produksinya maka negara yang tidak mampu menerapkannya hanya dapat menggunakan cara lama yang hanya menghasilkan seadanya dan waktu produksi yang lama. Bila hal ini terjadi maka tentu negara tersebut akan kalah dalam persaingan global dan kemungkinan besar hal ini akan berdampak pada terjadinya kemiskinan di negara yang tidak mampu menerapkan teknologi pada masyarakatnya.
     Untuk dapat memahami teknologi tentu diperlukan dasar yang kuat yaitu ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan dasar dari teknologi yang ada, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk memahami teknologi perlu memahami ilmu pengetahuan terlebih dahulu. Ilmu pengetahuan didapatkan dari pendidikan formal maupun dari pendidikan informal. Pada kasus diatas terlihat bahwa Tika Bisono menginginkan agar teknologi dikenalkan pada anak-anak sedini mungkin namun penggunaanya tetap dalam pengawasan orang tua tentunya. Keinginan tersebut sangat beralasan, karena seperti apa yang sudah ditulis dalam pembahasan diatas bahwa bila seorang individu tidak mampu beradaptasi dengan teknologi maka ia akan tertinggal dari orang lain yang mampu beradaptasi dengan teknogi, sehingga untuk mencegah hal itu teknologi perlu dikenalkan kepada anak-anak sedini mungkin.

  Sumber : Kompas




2. Studi Kasus Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat.


    Kesamaan derajat masih belum diterapkan di Indonesia sendiri. Sebagai kasus, koruptor yang telah merugikan Negara bermiliar-miliar rupiah dapat berkeliaran bebas di saat masa tahanannya dan mendapat hukuman yang tak setimpal dengan kerugian yang dia timbulkan. Sedangkan, seorang kakek yang mencuri sandal jepit yang harganya jauh tak seberapa dari koruptor tersebut diberikan hukuman yang lebih berat.


Pembahasan :

    Sesuai dengan teori yang telah dijabarkan sebelumnya. Setiap manusia memiliki kesamaan derajat dalam hak dan kewajiban. Dari studi kasus di atas terlihat bahwa terjadi ketidakadilan terhadap orang yang memiliki ekonomi lebih rendah. Sedangkan orang yang tergolong kasta tinggi, bisa melakukan hal seenaknya untuk mengingkari kewajibannya. Seharusnya sebagai sesama warga Indonesia mereka harus mendapat perlakuan yang adil sesuai porsinya masing-masing. Hal ini harus dikembalikan kepada pemerintah untuk tetap menjaga hak setiap warga secara adil walaupun dari kalangan manapun.

Sumber

1 komentar:

Miliana mengatakan...

ijin share yah kak terimakasih

casing sosis

Posting Komentar

 
;