1. Ilmu Pengetahuan
Ilmu (atau ilmu
pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Menurut Decartes ilmu
pengetahuan merupakan serba budi; oleh Bacon dan David Home diartikan sebagai
pengalaman indera dan batin, menurut Immanuel Kant pengetahuan merupakan
persatuan antara budi dan pengalaman. Dari berbaga pandagan yang ada mengenai
pengetahuan maka diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa ide, kenyataan,
kegiatan akal-budi, pengalaman, sintesis budi, atau keraguan karena tidak ada
sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk
memastikan suatu isi pengetahuan adalah benar, maka harus dilihat lagi dari
teori-teori kebenaran pengetahuan. Teori tersebut antara lain :
a.
Isi pengetahuan berpatokan pada adanya hubungan dalil,
dimana sebuah pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proporsi) itu mempunyai
hubungan dengan dalil (proporsi) yang telah ada sebelumnya.
b.
Isi pengetahuan adalah benar apabila sesuai dengan
kenyataan yang ada.
c.
Isi pengetahuan adalah benar apabila memiliki
konsekuensi praktis dalam diri yang memegang pengetahuan tersebut.
2.
Empat hal sikap yang ilmiah
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif
diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yaitu :
a.
Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga
menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif.
b.
Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap
problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan
pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
c.
Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak
dapat diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai
ilmu.
d.
Merasa pasti
bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian,
namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
3.
Teknologi
Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat
manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi,
menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan
perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi,
yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains
mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai
ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam
interaksinya satu terhadap lainnya.
Definisi mengenai sains menurut Sardar adalah sarana
pemecahan masalah mendasar dari setiap peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar
suatu peradaban tidak dapat mempertahankan struktur-struktur politik dan
sosialnya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat dan budayanya. Sebagai
perwujudan eksternal suatu epistemologi, sains membentuk lingkungan fisik, intelektual
dan budaya serta memajukan cara produksi ekonomis yang dipilih oleh suatu
peradaban. Pendeknya, sains, jelas Sardar adalah sarana yang pada akhirnya
mencetak suatu peradaban, dia merupakan ungkapan fisik dari pandangan dunianya.
Sedangkan rekayasa, menurut Djoyohadikusumo menyangkut hal pengetahuan objektif
(tentang ruang, materi, energi) yang diterapkan di bidang perancangan (termasuk
mengenai peralatan teknisnya). Dengan kata lain, teknologi mencakup teknik dan
peralatan untuk menyelenggarakan rancangan yang didasarkan atas hasil sains.
seringkali diadakan pemisahan, bahkan pertentangan antara sains dan penelitian ilmiah yang bersifat mendasar (basic science and fundamental) di satu pihak dan di pihak lain sains terapan dan penelitian terapan (applied science and applied research). Namun, satu sama lain sebenarnya harus dilihat sebagai dua jalur yang bersifat komplementer yang saling melengkapi, bahkan sebagai bejana berhubungan; dapat dibedakan, akan tetapi tidak boleh dipisahkan satu dari yang lainnya (Djoyohadikusumo).
seringkali diadakan pemisahan, bahkan pertentangan antara sains dan penelitian ilmiah yang bersifat mendasar (basic science and fundamental) di satu pihak dan di pihak lain sains terapan dan penelitian terapan (applied science and applied research). Namun, satu sama lain sebenarnya harus dilihat sebagai dua jalur yang bersifat komplementer yang saling melengkapi, bahkan sebagai bejana berhubungan; dapat dibedakan, akan tetapi tidak boleh dipisahkan satu dari yang lainnya (Djoyohadikusumo).
Makna Teknologi, menurut Capra seperti makna ‘sains’,
telah mengalami perubahan sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur
Yunani, yaitu technologia, yang diperoleh dari asal kata techne, bermakna
wacana seni. Ketika istilah itu pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris di
abad ketujuh belas, maknanya adalah pembahasan sistematis atas ‘seni terapan’
atau pertukangan, dan berangsur-angsur artinya merujuk pada pertukangan itu
sendiri. Pada abad ke-20, maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya
alat-alat dan mesin-mesin, tetapi juga metode dan teknik non-material. Yang
berarti suatu aplikasi sistematis pada teknik maupun metode. Sekarang sebagian
besar definisi teknologi, lanjut Capra menekankan hubungannya dengan sains.
Ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra
mendefinisikan teknologi sebagai ‘kumpulan alat, aturan dan prosedur yang
merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam
cara yang memungkinkan pengulangan.
Akan tetapi, dijelaskan oleh Capra teknologi jauh lebih tua daripada sains. Asal-usulnya pada pembuatan alat berada jauh di awal spesies manusia, yaitu ketika bahasa, kesadaran reflektif dan kemampuan membuat alat berevolusi bersamaan.
Akan tetapi, dijelaskan oleh Capra teknologi jauh lebih tua daripada sains. Asal-usulnya pada pembuatan alat berada jauh di awal spesies manusia, yaitu ketika bahasa, kesadaran reflektif dan kemampuan membuat alat berevolusi bersamaan.
Sesuai dengannya, spesies manusia pertama diberi nama Homo
habilis (manusia terampil) untuk menunjukkan kemampuannya membuat alat-alat
canggih.
Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35) teknologi merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35) teknologi merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
4.
Kemiskinan
Kemiskinan
lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian,
tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum
pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi
oleh tiga hal, yaitu :
a.
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang
diperlukan
b.
Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
c.
Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara
manusiawi Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, adat istiadat dan sistem nilai yang dimiliki.
Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dll.
b. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha.
c. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
d. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
e. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
a. Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dll.
b. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha.
c. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
d. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
e. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
5.
Fungsi Kemiskinan
Pertama, kemiskinan menyediakan tenaga kerja untuk
pekerjaan-pekerjaan kotor, tak terhormat, berat, berbahaya, namun dibayar
murah. Orang miskin dibutuhkan untuk membersihkan got-got yang mampet, membuang
sampah, menaiki gedung tinggi, bekerja di pertambangan yang tanahnya mudah
runtuh, jaga malam. Bayangkan apa yang terjadi bila orang miskin tidak ada.
Sampah bertumpuk, rumah dan pekarangan kotor, pembangunan terbengkalai. Banyak
kegiatan ekonomi yang melibatkan pekerjaan kotor dan berbahaya yang memerlukan
kehadiran orang miskin.
Kedua, kemiskinan memperpanjang nilai-guna barang atau
jasa. Baju bekas yang tak layak pakai dapat dijual (diinfakkan) kepada orang
miskin, termasuk buah-buahhan yang hampir busuk, sayuran yang tidak laku,
Semuanya menjadi bermanfaat (atau dimanfaatkan) untuk orang-orang miskin.
Ketiga, kemiskinan mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi
yang menguntungkan orang-orang kaya. Pegawai-pegawai kecil, karena dibayar
murah, mengurangi biaya produksi dan akibatnya melipatgandakan keuntungan.
Petani tidak boleh menaikkan harga beras mereka untuk mensubsidi orang-orang
kota.
Keempat, kemiskinan menyediakan lapangan kerja. Karena ada
orang miskin, lahirlah pekerjaan tukang kredit, aktivis-aktivis LSM yang
menyalurkan dana dari badan-badan internasional, dan yang pasti berbagai
kegiatan yang dikelola oleh departemen sosial. Tidak ada komoditas yang paling
laku dijual oleh Negara Dunia Ketiga di pasar internasional selain kemiskinan.
Kelima, memperteguh status sosial orang kaya. Keenam,
bermanfaat untuk jadi tumbal pembangunan. Supaya tidak menganggu ketertiban dan
keindahan kota, pedagang kakilima bila mengganggu lalulintas ditertibkan
(ditangkap, dagangannya diambil, dan kerugiannnya tidak diganti).
0 komentar:
Posting Komentar